Manusiapurba hidup dengan bergantung pada alam. Mereka masih menjalani pola hidup food gathering (berburu dan mengumpulkan makanan). Sehingga hidup nomaden atau berpindah-pindah mengikuti ketersediaan makanan di tempat tinggalnya. Hal tersebut mengakibatkan mereka tidak hanya terkumpul dalam suatu wilayah, akan tetapi menyebar ke berbagai tempat.
Menurutpendapat kamu, bagaimana manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah kepulauan indonesia bahkan sampai ke luar wilayah kepulauan indonesia? - 528862 ikhlaschair ikhlaschair 01.09.2014
Jenismanusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo erectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah. 3. Jenis Homo Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschoten di Wajak.
Asal-usul leluhur orang Indonesia terungkap dari riset genetik berbagai DNA mitokondria manusia modern yang hidup di beberapa pulau. Peneliti pun menemukan, migrasi manusia modern ke Pulau Papua ternyata telah berlangsung sejak 50.00 tahun yang lalu. Mereka menyeberangi pulau-pulau di zona Wallacea, yakni zona transisi antara daerah biogeografis Indo-Malaya Raya dan Australasia.
Selainmenggunakan daratan ini, manusia purba juga diduga memiliki kemampuan membangun dan menggunakan rakit sederhana, dari bambu, sehingga mampu menyeberangi selat-selat diantara pulau-pulau Indonesia.
FYmi. Karena manusia purba zaman dulu masih bergantung pada alam,jadi mereka masih nomaden berpindah-pindah tempat dan food gathering mengumpulkan makanan,dimana makanan di suatu daerah itu habis maka mereka akan mencari daerah yang masih tersedia makanan.
Mungkin waktu dahulu pulau2 disekitar indo dan indo menyatu jadi manusia bisa melewati pulau tersebut. dan sebagian dari mereka mungkin menggunakan kapal/perahu karena memang tidak jadul2 banget pada masa itu itu hanya jawaban menurut pandanganku kalau mau mencari lebih detail bisa cari di gugel dengan keyword "persebaran manusia purba ke indonesia" semoga membantu Prof Dr Kern mengemukakan bahwabangsa indonesia berasal dari asia dan dan pada ras mongoloid dijelaskan bahwa manusia tersebar melalui jalur darat sebab saat itu bagian darat indonesia masih bersatu dengan kawasan asia tenggara jadi awalnya ras nenek moyang bangsa indonesia adalah ras Mongoloid dan Austroloid perkembangan selanjutnya pada tahun 2000SM mulai terjadi migrasi/ perpindahan ras ke berbagai daerah indonesia ras austroloid ras ini berpusat di australia dan menyebar ke indonesia bagian timur khususnya di wilayah papua karena pada saat itu papua masih bersatu dengan benua australia dan ini penyebaranya sama yaitu melalui jalur darat, perkembanganya daratan yang menjadi lautan disebut paparan sahul ada gan, pada masa itu terbagi menjadi 2 ras di indonesia yaitu ras mongoloiddan austroloid
Source Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau. Sebelum zaman modern, kepulauan Indonesia dihuni oleh manusia purba yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bagaimana manusia purba bisa menyebar ke seluruh wilayah kepulauan Indonesia? Migrasi Manusia Purba Migrasi Manusia PurbaPerkembangan TeknologiPengaruh LingkunganPelaut KunoKesimpulan Source Manusia purba pertama kali muncul di Afrika sekitar tahun yang lalu. Mereka kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui migrasi. Di Indonesia, manusia purba pertama kali ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Pada masa Pleistosen, sekitar 2,6 juta tahun yang lalu, terjadi perubahan iklim yang menyebabkan permukaan laut turun. Hal ini memungkinkan manusia purba untuk menyeberangi Selat Sunda yang pada saat itu masih berupa daratan. Perkembangan Teknologi Source Manusia purba di Indonesia mengalami perkembangan teknologi yang memungkinkan mereka untuk menyebar ke seluruh wilayah kepulauan. Pada masa Paleolitikum, sekitar 2,5 juta tahun yang lalu, manusia purba menggunakan batu untuk membuat alat-alat seperti kapak dan pisau. Pada masa Neolitikum, sekitar tahun yang lalu, manusia purba mulai menggunakan teknologi pertanian dan peternakan. Hal ini memungkinkan mereka untuk menetap di satu tempat dan membentuk masyarakat yang lebih kompleks. Pengaruh Lingkungan Source Indonesia memiliki lingkungan yang beragam, mulai dari gunung berapi, hutan hujan tropis, hingga pantai dan laut. Lingkungan ini mempengaruhi cara hidup manusia purba. Misalnya, manusia purba di Papua hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan di hutan, sementara manusia purba di Sulawesi hidup dari bertani dan berdagang dengan bangsa lain. Pelaut Kuno Source Manusia purba di Indonesia juga menjadi pelaut kuno yang handal. Mereka menggunakan perahu kayu untuk menyeberangi laut dan berdagang dengan bangsa lain. Sebagai contoh, pada abad ke-7, kerajaan Sriwijaya di Sumatera menjadi pusat perdagangan internasional di Asia Tenggara. Kesimpulan Manusia purba bisa menyebar ke seluruh wilayah kepulauan Indonesia karena migrasi, perkembangan teknologi, pengaruh lingkungan, dan kemampuan sebagai pelaut kuno. Keberadaan manusia purba di Indonesia menjadi bukti bahwa nenek moyang kita telah mampu beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan yang beragam.
Memperingati Hari Lingkungan Hidup sedunia pada 5 Juni, masyarakat Kampung Ambat Jaya, Karimun, Provinsi Kepulauan Riau berjibaku menanam sekitar bibit mangrove di pesisir kampung mereka. Penanaman itu dilakukan untuk mengatasi kerusakan pesisir wilayahnya yang mempengaruhi mata pencaharian nelayan dan masyarakat Kampung Ambat Jaya Karimun Ada berbagai tantangan pelestarian mangrove di Karimun, seperti reklamasi, alih fungsi lahan untuk pembangunan, pemukiman penduduk hingga pencemaran limbah. DLH Karimun, Gakkum KLHK dan PSDKP KKP Tanjung Balai Karimun terus melakukan pengawasan terkait adanya pelanggaran lingkungan wilayah pesisir dan siap menerima laporan pengaduan dari masyarakat Pohon mangrove siapi-api berjejer berdiri tegak di sepanjang pesisir Kampung Ambat Jaya, Desa Pangke, Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Senin, 5 Juni 2023. Perlahan air laut yang pasang membasahi akar pohon mangrove berjenis Avicenna sp. itu. Namun ada yang berbeda di pesisir laut satu ini, pohon siapi-api bak tumbuh di lumpur berwarna abu-abu. Semakin ke tengah laut lumpur ini semakin dalam, bahkan sampai sepinggang orang dewasa. Dulunya pesisir ini merupakan pasir pantai yang indah, banyak terdapat ikan dan udang yang menjadi zona tangkap nelayan kecil Desa Pangke. Sekarang sudah berubah menjadi lumpur yang dalam. “Puluhan tahun lalu, nelayan sangat gampang cari ikan, ketam dan udang, tinggal turun dapat, sekarang lihat sendiri,” kata Ketua LSM lingkungan Akar Bhumi Indonesia Sony Herianto menunjukan lokasi penanaman mangrove, Senin, 5 Juni 2023. Tim Advokasi Akar Bhumi Indonesia, kata Sony, sudah melakukan penelusuran sementara terkait penyebab kerusakan pesisir Kampung Ambat Jaya. Mereka menduga reklamasi yang terjadi di sekitar kampung menimbulkan sedimentasi laut dan terbentuknya lumpur. baca Nasib Nelayan Pesisir Batam Kala Hutan Mangrove Terkikis Kondisi pesisir laut di Kampung Ambat Jaya, Karimun, Kepulauan Riau yang rusak. Foto Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia Kondisi itu membuat masyarakat bersama LSM melakukan penanaman mangrove jenis Rizhopora sp. guna mendukung pertumbuhan pohon siapi-api untuk memulihkan pesisir kampung Ambat Jaya. Sebanyak bibit mangrove sudah mulai ditanam masyarakat sejak tiga hari menjelang peringati Hari Lingkungan Hidup. Tahap awal ditanam sebanyak 800 bibit. Sisanya ditanam pada acara puncak perayaan Hari Lingkungan pada 5 Juni oleh berbagai pihak dari masyarakat, Pemerintah Kabupaten, TNI-Polri, perusahaan, dan mahasiswa. Kondisi lumpur di kawasan itu setinggi pinggang orang dewasa menyulitkan proses penanaman. “Kita berharap akar-akar pohon mangrove ini bisa mengikat lumpur ini nantinya, perlahan pesisir akan pulih kembali,” kata Sony. Penyuluh Dinas Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Karimun Heni mengapresiasi aksi kepedulian masyarakat untuk memulihkan pesisir itu dengan penanaman mangrove. Hal itu sebagai kontrol untuk pembangunan yang dilakukan. “Karena menjaga lingkungan menyangkut kehidupan kita di kampung ini, survive untuk anak cucu,” katanya. baca juga KKP Gencar Stop Reklamasi Ilegal di Batam, Apakah Cukup Sanksi Administratif? Berbagai lintas intansi dan masyarakat menanam bibit mangrove di pesisir Ambat Jaya, Karimun, Kepulauan Riau, untuk memulihkan pesisir mereka yang rusak. Foto Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia Tantangan Pelestarian Mangrove Setelah acara penanaman, dilanjutkan diskusi terkait pelestarian mangrove pada malam harinya di alam terbuka di pesisir Kampung Ambat Jaya. Berlatarkan hutan mangrove dan bunyi debur ombak yang sedang pasang seolah menjadi instrumen musik diskusi. Dalam diskusi, Heni dari DLH Karimun menyampaikan pentingnya melestarikan mangrove. Setidaknya Kepri memiliki luasan mangrove 70 ribu hektar, namun 34 ribu hektare dikategorikan kritis. Heni menyebutkan, ada beberapa tantangan dalam pelestarian mangrove, terutama alih fungsi lahan untuk pembangunan dan kegiatan ekonomi, dan pemukiman penduduk. “Meskipun begitu itu semua perlu kita kontrol sama-sama agar tidak menyalahi aturan,” katanya. Hal itu juga dikatakan Harianto perwakilan Balai Penegakan Hukum Gakkum KLHK Sumatera dalam diskusi tersebut. Ia mengatakan, terdapat tiga tantangan besar dalam pelestarian mangrove terutama di Kepri, yaitu reklamasi untuk pembangunan, deforestasi atau penebangan pohon mangrove, hingga pencemaran limbah. “Kami terus melakukan pengawasan terkait adanya pelanggaran lingkungan, kami juga siap menerima laporan pengaduan dari masyarakat,” katanya. baca juga Laut Tercemar Minyak Hitam, Ratusan Nelayan Batam Tak Bisa Melaut Infografis lokasi penanaman mangrove di Kampung Ambat Jaya, Karimun, Kepulauan Riau. Infografis Yogi Eka Sahputra Penanggung Jawab Wilayah Kerja PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP Tanjung Balai Karimun Anton Suanda mengatakan, ekosistem mangrove termasuk bagian pengawasan PSDKP. Karena, ekosistem ini sangat penting untuk kehidupan pesisir laut. Apalagi di Karimun ini banyak nelayan kecil melaut dipesisir yang bergantung dari ekosistem mangrove. “Nanti kita sama-sama melakukan pengawasan, ketika ada pelanggaran bisa juga dilaporkan ke kami,” kata Anton. Pendiri Akar Bhumi Indonesia Hendrik Hermawan mengatakan, penanaman mangrove Amat Jaya bukan soal jumlah mangrove yang di tanam, tapi lebih kepada kualitas untuk pemulihan pesisir yang rusak. “Kita harus jaga mangrove ini tetap tumbuh, secara berkala masyarakat akan memberikan laporan bagaimana pertumbuhan mangrove ini, jangan sampai hanya sekedar menanam setelah itu dibiarkan,” katanya. Hendrik melihat tantangan pelestarian mangrove lainnya adalah tambak udang, perubahan tutupan mangrove menjadi air waduk, penegakan hukum masih lemah, hingga kurangnya pengetahuan masyarakat terkait pentingnya mangrove. “Kalau di Batam, tantangan pelestarian mangrove adalah pembangunan yang tidak sesuai prosedur,” kata Hendrik. baca Ekspor Pasir Laut Dibuka Jokowi, Mimpi Buruk Nelayan Kepri Terjadi Lagi Suasana kampung Ambat Jaya, Karimun, Kepulauan Riau, yang bersebelahan dengan aktivitas sebuah perusahaan melakukan pembangunan di pesisir. Foto Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia Selain itu penebangan mangrove untuk arang bakau juga marak, beberapa waktu lalu DPR RI menyegel perusahaan ekspor kayu arang bakau di Batam. Arang bakau akan dikirim ke Arab, Singapura, China. Setidaknya dalam satu hari 5 kontainer arang bakau dikirim ke luar negeri. “Penebangan ini juga disebabkan laut yang rusak, makanya masyarakat terpaksa melakukan ilegal loging bakau untuk bertahan hidup, kita harus bersama-sama mencari solusinya,” kata Hendrik. Kurangnya penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan lingkungan masih menjadi tantangan. Apalagi pelaku kejahatan lingkungan ini sangat kuat, mereka punya banyak cara untuk tetap merusak. Tidak hanya itu, kurangnya pemahaman masyarakat juga menjadi tantangan. Akar Bhumi, kata Hendrik juga memiliki program edukasi. “Penanaman mangrove di hari lingkungan hidup ini juga bentuk edukasi, kami mengajak mengajak masyarakat menanam mangrove, supaya mereka merasa memiliki, begitu konsep yang kami berikan,” kata Hendrik. Artikel yang diterbitkan oleh abrasi, alih fungsi lahan, ekologi pesisir, featured, hari lingkungan hidup, hutan mangrove, Karimun, Kepulauan Riau, kerusakan lingkungan, pencemaran lingkungan, penegakan hukum, Perikanan Kelautan, reklamasi
bagaimana manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah kepulauan indonesia